Potensi genetik ayam broiler terus ditingkatkan untuk menghasilkan ayam-ayam yang efektif dalam pemanfaatan pakan sehingga tujuan untuk memproduksi daging semakin efisien. Konversi pakan pada ayam broiler yang tadinya diatas 2 sekarang sudah dapat ditekan menjadi sekitar 1.6 – 1.7 . Dampak dari tingginya tingkat produktivitas tersebut adalah ayam menjadi semakin rentan terhadap berbagai perubahan lingkungan dan ancaman penyakit, sehingga membutuhkan manajemen pemeliharaan yang lebih baik.
Yang paling penting untuk dipahami saat ini adalah bagaimana pentingnya mencapai target yang harus dicapai dalam pemeliharan ayam broiler. Terdapat berbagai target yang harus dicapai dalam budidaya ayam broiler, misalnya berat badan ayam. Sejak awal, anak ayam umur sehari sampai umur 7 hari merupakan waktu kritis, dan target berat badan harus dapat dicapai karena akan sangat mempengaruhi performan ayam di umur-umur selanjutnya. Laju pertumbuhan berat badan dan pencapaian berat badan tersebut dipengaruhi berbagai faktor seperti kualitas udara, kualitas air dan kualitas pakan. Faktor biosekuritipun memegang peranan yang sangat penting terkait banyaknya agen bibit penyakit yang dapat mengancam produktifitas anak ayam.
Salah satu agen penyakit yang sangat mempengaruhi keberhasilan produksi ayam broiler modern adalah penyakit gumboro. Hal ini tentu sangat merugikan peternak, dikarenakan penyakit Gumboro akan menimbulkan sejumlah kematian anak ayam, peningkatan ayam afkir dan penurunan kinerja yang disebabkan oleh adanya kepekaan terhadap berbagai penyakit dan stress. Berbagai aspek manajemen seperti stress lingkungan, biosekuriti, lokasi peternakan dan sistem perkandangan yang kurang ideal akan mendukung tejadinya kasus penyakit Gumboro. Program vaksinasi terhadap Gumboro telah dilakukan oleh hampir seluruh peternak, namun dikarenakan kurang optimalnya program vaksinasi, kasus Gumboro masih tetap dapat muncul. Hal tersebut didukung pula oleh sifat virus Gumboro yang stabil pada kondisi fisik dan kimiawi lingkungan, serta sangat mudah menular dan tahan hidup di lingkungan kandang sampai 120-an hari setelah bersih kering kandang.
Hal yang perlu diwaspadai adalah penyakit Gumboro merupakan penyakit yang bersifat imunosupresi dikarenakan virus Gumboro dapat merusak morfologi dan fungsi organ limfoid primer, terutama bursa fabricius. Rusaknya bursa fabricius akan mengakibatkan suboptimalnya pembentukan antibodi terhadap berbagai program vaksinasi, sehingga kepekaan terhadap berbagai agen penyakit menjadi meningkat.
Pencegahan IBD dengan Vaksinasi
Berdasarkan berbagai macam dampak penyakit Gumboro, perlu dilakukan tindakan pencegahan dengan melakukan vaksinasi, baik pada ayam pedaging, ayam petelur maupun ayam pembibit. Program vaksinasi untuk penanggulangan penyakit Gumboro sangat diperlukan untuk mengurangi gejala klinis dan mortalitas dan terpenting mencegah adanya efek imunosupresi pada anak ayam.
Namun tentu saja tidak cukup penanggulangan penyakit Gumboro hanya dengan melakukan tindakan vaksinasi saja. Agar vaksinasi dapat berhasil perlu beberapa upaya pendukung lainnya, seperti biosekuriti ketat dan tatalaksana peternakan yang optimal.
Prinsip utama vaksinasi terhadap penyakit adalah vaksin harus diberikan terlebih dahulu sebelum terjadinya infeksi lapangan, vaksin tersebut harus dapat menstimulasi pembentukan antibodi secara cepat dan tinggi, kemudian melakukan tindakan biosekuriti yang ketat untuk mencegah jumlah virus lapang lebih besar dari jumlah antibodi yang terbentuk dalam tubuh ayam. Bila Jumlah virus lapang tidak dapat diperkecil oleh tindak biosekuriti yang dilakukan, setinggi apapun titer antibodi yang dihasilkan oleh vaksin akan tidak mampu untuk mencegah terjadinya penyakit.
Pada umumnya para peternak Broiler memiliki pertanyaan yang sama : kapan waktu (umur ayam) yang tepat untuk melakukan vaksinasi?
Teori yang telah ada menyebutkan bahwa bila dilakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin IBD aktif (strain intermediate dan intermediate plus) pada ayam dengan antibodi asal induk (Maternal Antibodi-MAb) masih tinggi, maka antigen vaksin akan dinetralisasi oleh antibodi asal induk, sebagai akibatnya, vaksin tidak akan dapat menstimulasi terjadinya kekebalan. Pada sisi lain, pelaksanaan vaksinasi tidak dapat menunggu waktu yang terlalu lama sampai titer antibodi asal induk menjadi terlalu rendah karena dapat menyebabkan ayam terlalu lama tidak terproteksi terhadap virus gumboro asal lapang yang ganas.
Bila tantangan virus gumboro asal lapang sangat tinggi tentunya perlu dilakukan vaksinasi sesegera mungkin. Oleh sebab itu, sebagian peternak menggunakan cara atau metode perhitungan tertentu untuk dapat memperkirakan waktu yang tepat untuk dapat melakukan vaksinasi gumboro.
Prinsip menentukan pada umur berapa ayam dapat divaksinasi tersebut sangat sederhana yaitu dengan mengetahui level titer maternal antibodi pada umur awal ayam (0 s/d 4 hari), dan karena penurunan titer terjadi secara teratur (skala log2), maka dapat diperkirakan kapan level titer maternal antibodi menjadi rendah sehingga memungkinkan dilakukannya vaksinasi.
Faktor-Faktor yang harus diperhatikan sewaktu melakukan estimasi waktu pelaksanaan vaksinasi yang optimal, adalah sebagai berikut :
1. Jumlah sample per Flok minimal 18 sampel yang diperlukan untuk mendapatkan sample yang representative dari suatu flok. Namun banyak pihak melakukan efisiensi biaya dengan hanya mengambil 10 – 15 sampel per flok (yang berasal dari beberapa kandang). Hal tersebut tentunya dapat dilakukan dengan syarat pengambilan sample harus sebaik mungkin, sehingga didapat jumlah serum per sample yang cukup dan berkualitas baik (tidak lisis dan tidak berlemak) sehingga dapat mewakili status kekebalan dari flok.2. kualitas Sampel Ayam yang baik harus berasal dari ayam yang sehat untuk mendapatkan gambaran serologis flok yang representative. Sangat tidak disarankan mendapatkan sample yang berasal dari ayam dehidrasi atau sakit.
Bila dua kondisi tersebut di atas tidak didapat maka perkiraan tanggal vaksinasi gumboro tidak mencerminkan keadaan sesungguhnya.
Penurunan level maternal antibodi berbeda antara setiap tipe ayam. Terjadinya penurunan level maternal antibodi adalah sebagai akibat metabolisme dan pertumbuhan anak ayam. Perhitungan waktu paruh maternal antibodi, untuk broiler 3 sampai 3,5; breeder 4,5 dan layer 5,5. (berdasarkan pengukuran dengan virus neutralization test). Perhitungan waktu paruh maternal antibodi tersebut dapat berbeda tergantung situasi lapangan.
Level antibodi pada umumnya bertahan selama 4 hari pertama dikarenakan penyerapan kuning telur mengkompensasi penurunan titer sebagai akibat metabolisme dan pertumbuhan ayam. Sejak umur 4 hari, kadar titer darah turun 1 log2 per waktu paruh. Pada perhitungan tersebut, kolekting sampel dibawah umur 4 hari akan mengkompensasi fenomena tersebut.
Ide penggunaan perhitungan tersebut didasari bahwa waktu pelaksanaan vaksinasi tidak mungkin dapat menunggu waktu yang terlalu lama sehingga semua ayam memiliki titer MAb yang cukup rendah, karena hal tersebut akan meningkatkan resiko ayam terserang gumboro. Alasan lain untuk tidak perlu menunda pelaksanaan vaksinasi sampai semua ayam memiliki titer maternal antibodi yang cukup rendah dikarenakan virus vaksin aktif gumboro akan akan menyebar sampai beberapa hari setelah pelaksanaan vaksinasi. Maka, ayam yang akan mengalami ‘kegagalan vaksinasi’ dikarenakan antigen vaksin ternetralisir oleh MAb yang cukup tinggi, akan divaksinasi kembali oleh ayam yang lain (diasumsikan bahwa minimal 75% ayam telah berhasil divaksinasi).
Menurut teori tersebut, vaksin Gumboro memiliki perbedaan breaktrough titer (kondisi jumlah titer/level maternal antibodi yang tidak akan menetralisir antigen vaksin gumboro). Vaksin gumboro “hot” dan intermediate plus dapat menembus level titer maternal antibodi yang lebih tinggi dibanding vaksin intermediate. Untuk vaksin intermediate plus seperti IBD Blen, angka breaktrough titer adalah 500 (Idexx-Elisa), sedangkan untuk vaksin intermediate seperti Bursa Blen M, angka breaktrough titer adalah 125 (Idexx-Elisa). Jika menggunakan vaksin yang lain, maka angka breaktrough titer didapat sesuai informasi dari produsen/distributor vaksin. Seperti BUR 706 yang tidak memiliki breaktrough titer, karena jenis antigen virus vaksin strain 706-nya yang tidak dapat dinetralisir oleh maternal antibodi, sehingga dapat dipergunakan tanpa harus mengetahui kondisi titer maternal antibodi dan dapat dipergunakan sebagai vaksin dini pada umur 1 hari.
Seringkali hasil pemeriksaan serologis menunjukkan level titer yang rendah dan titer yang tidak seragam keseragaman, maka rumus perhitungan tersebut menyarankan untuk melakukan Dua Kali Vaksinasi. Sebagai contoh, perhitungan memakai formulasi perhitungan umur (hari) yang tepat untuk dapat melakukan vaksinasi sebagai berikut : 18 sampel yang didapat dari ayam Broiler berumur 1 hari, dan di uji dengan Elisa-Idexx, kisaran titer maternal antibodi yang didapat adalah: terendah 235 dan tertinggi 4886. Vaksin yang ingin digunakan peternak adalah IBD Blen dengan breaktrough 500 (Elisa-Idexx). Ayam dengan titer maternal antibodi terendah dapat divaksinasi pada hari ke- 3 (Umur 3 hari). Ayam dengan titer maternal antibodi tertinggi dapat divaksinasi pada hari ke- 13 (Umur 13 hari). Jadi, perbedaan pelaksanaan vaksinasi dengan menggunakan titer tertinggi dan terendah sebesar 10 hari. Hal ini menunjukkan adanya tingkat keseragaman titer maternal antibodi yang rendah.
No TITER No TITER No TITER No TITER
1 235 6 1075 11 1364 16 3968
2 379 7 1171 12 1658 17 4328
3 802 8 1299 13 3724 18 4886
4 885 9 1332 14 3802
5 938 10 1342 15 3835
Tabel 1. Contoh Titer hasil pemeriksaan serologis terhadap MAb Gumboro pada ayam Broiler dengan menggunakan kit Idexx-Elisa.
Tabel 2. Contoh Grafik titer hasil pemeriksaan serologis terhadap MAb Gumboro pada ayam Broiler dengan menggunakan Kit Idexx Elisa
Untuk kasus-kasus tersebut di atas, Peternak disarankan melakukan vaksinasi terhadap gumboro menggunakan BUR 706 dihari pertama, kemudian diberikan vaksin kedua IBD Blen pada kisaran umur 14 – 18 hari. Perhitungan perkiraan pelaksanaan vaksinasi gumboro tersebut didasarkan atas waktu paruh maternal antibodi yang dihitung berdasarkan uji netralisasi virus (VN test). Prinsip penggunaan Rumus perhitungan berlaku selama terdapat korelasi yang tepat antara waktu paruh sebagaimana dihasilkan uji Elisa dan Uji netralisasi virus.
Namun, ada 2 kendala yang terus berputar terkait dengan pelaksanaan dan penggunaan program perlindungan bursa tersebut. Hal pertama adalah sulitnya harga pronak yang terus berfluktuasi dan kadang berada dibawah harga pokok sehingga peternak berusaha menekan biaya serendah mungkin dan yang kedua adalah biaya sapronak (yang telah tertekan) sulit untuk lebih ditekan lagi. Contoh lebih mudahnya adalah untuk Program Perlidungan Pernafasan (misal untuk penyakit ND), peternak Broiler, umum menggunakan 2 kali vaksin aktif dan 1 kali vaksin in-aktif, sedangkan untuk Program Bursal Shield, peternak Broiler umumnya hanya menggunakan satu kali vaksin aktif, padahal tantangan virus lapang menuntut adanya Program Perlindungan Bursa yang serial, atau lebih dari satu kali penggunaan vaksin
Program Vaksinasi Gumboro.
Untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit Gumboro, PT Romindo Primavetcom sejak tahun 1992 telah memperkenalkan program vaksinasi terhadap penyakit gumboro (Bursal Shield Program) yang telah terbukti efektif untuk perlindungan terhadap penyakit Gumboro sehingga peternak terhindar dari kerugian. Program Perlindungan Bursa untuk ayam pedaging seperti tabel berikut :
Program Vaksinasi Gumboro untuk Broiler pada Daerah Resiko Tinggi dengan vvIBD
Program I
Vaksinasi Awal :
Menggunakan vaksin aktif BUR 706
Pada umur 1 hari,
Cara pemberian : spray, tetes mata.
Vaksinasi Penguat :
Menggunakan vaksin aktif : Intermediate plus (IBD Blen) , pada umur 14-18 hari
Cara pemberian : air minum, cekok mulut.
Program II Vaksinasi Awal :
Menggunakan vaksin aktif BUR 706
Pada umur 1 hari,
Cara pemberian : spray, tetes mata.
Vaksinasi Penguat :
Menggunakan vaksin in-aktif : IBD killed (Gumboriffa/Gumbopest) , pada umur minggu pertama
Cara pemberian : suntikan sub kutan
Konsep Perlindungan Bursa tersebut di atas memiliki dua buah program untuk pemeliharaan ayam Broiler. Program I direkomendasikan untuk farm Broiler dengan tatalaksana all in-all out, dengan flok tertentu telah terjadi out break gumboro. Dan Program II direkomendasikan untuk farm Broiler dengan tatalaksana multiple-age. Pada penggunaan kedua program tersebut harus terus dimonitor agar keberhasilan vaksinasi terus terjaga, terutama kesesuaian umur pada program vaksinasi penguat/booster.
Konsep Perlindungan Bursa tersebut harus didukung dengan kualitas vaksin yang baik. Kualitas vaksin ditentukan oleh cara pembuatan vaksin, distribusi dan penyimpanan vaksin, kemampuan vaksin menggertak kekebalan ayam dan masa kedaluarsa vaksin. Selain dari masalah kualitas vaksin, yang harus diperhatikan peternak adalah cara pemberian vaksin/metode vaksinasi yang akan sangat mempengaruhi hasil vaksinasi. Selain itu faktor lain yang memegang andil keberhasilan vaksinasi adalah keterampilan vaksinator yang terlatih, peralatan vaksinasi beserta sarana/prasarana peternakan ayam yang mendukung, dan status kesehatan ayam sewaktu pelaksanaan vaksinasi. Semua parameter tersebut di atas memegang kunci penting dalam penanggulangan penyakit Gumboro.
BUR 706® merupakan produk vaksin aktif untuk Vaksinasi Dini Gumboro pada anak ayam umur sehari. BUR 706® merupakan vaksin aktif dengan kandungan antigen Gumboro yang telah diattenuasi. BUR 706® mengandung strain S 706 yang merupakan strain antigen gumboro low-intermediate yang tidak akan terpengaruh oleh level titer antibodi asal induk. BUR 706® akan memberikan perlindungan yang lebih kuat pada Bursa Fabricius dan Thymus dari serangan penyakit gumboro pada usia dini.
IBD Blen® merupakan vaksin aktif untuk melindungi terhadap virus Gumboro yang sangat ganas. IBD Blen® merupakan vaksin aktif dengan kandungan antigen Gumboro strain Winterfield yang merupakan strain intermediate plus yang aman. IBD Blen® akan memberikan perlindungan yang lebih kuat pada Bursa Fabricius dan Thymus dari serangan penyakit gumboro yang ganas.
GUMBOPEST® merupakan vaksin inaktif gabungan untuk melindungi ayam terhadap serangan Gumboro dan sekaligus melindungi ayam dari serangan penyakit Newcastle Disease. GUMBOPEST® merupakan vaksin inaktif 0,3 dengan teknologi pemurnian dan konsentrasi antigen yang lebih tinggi dengan kontak permukaan antigen yang lebih luas sehingga akan lebih mudah dan cepat menstimulasi terbentuknya antibodi sehingga kekebalan terhadap gumboro dan Newcastle Disease akan lebih efektif dan optimal. GUMBOPEST® merupakan vaksin inaktif dengan dosis 0,3 ml dengan adjuvant khusus dan tidak akan menimbulkan lesi pada jaringan otot tempat penyuntikan dan dengan mikrodepo partikel antigen akan memberikan kontak permukaan lebih banyak yang didukung konsistensi adjuvan yang tepat sehingga partikel antigen akan terdistribusi ke jaringan lebih cepat dan segera menggertak terjadinya antibodi.
Drh Nurvidia Machdum
PT. ROMINDO PRIMAVETCOM
Jl DR Saharjo No 266
JAKARTA. Telp.021 8300300
Tidak ada komentar:
Posting Komentar