Tips dasar budidaya ikan komet untuk keuntungan maksimum
Berbuntut panjang dengan warna cerah membuat ikan komet menuai popularitas dalam waktu singkat. Sempat tenggelam, kini mulai digandrungi penghobi ikan hias lagi. Anda penggemar ikan hias? Bila ya, tentu Anda juga mengenal ikan komet (Latin: carassius auratus auratus, red.). Sebab, dulu, peminat salah satu jenis ikan hias yang namanya dicomot dari nama benda angkasa, Komet Helley, ini sangat banyak, hingga mengalami booming. Lalu, perlahan tapi pasti, pasarnya menghilang. Tapi, kini, entah kapan tepatnya, orang-orang mulai melirik lagi ikan yang dikembangbiakkan di Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 ini.
Apa sih istimewanya ikan komet? “Kalau berbicara tentang keistimewaannya susah ya. Karena, ini berkaitan dengan hobi. Yang jelas, sebagai ikan hias tentu saja ia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ikan yang dikonsumsi. Misalnya, dilihat dari buntutnya, ikan komet memiliki buntut yang lebih panjang dan indah daripada ikan pada umumnya. Ikan komet juga memiliki warna yang bagus yaitu perpaduan antara merah keoranyean dengan putih. Selain itu, ikan komet memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dibandingkan ikan maskoki (ikan komet merupakan strain atau keturunan ikan maskoki, red.). Lebih dari itu semua, harganya relatif murah sehingga diminati konsumen ikan hias,” jelas Rosyid Dahlan, yang mengembangbiakkan ikan komet sejakdua tahun lalu, karena besarnya permintaan akan ikan komet.
Ikan komet, Rosyid melanjutkan, merupakan ikan hias yang berukuran tak lebih dari sejari orang dewasa. Mentok-mentoknya, sebesar empat jari orang dewasa. Dalam pemasarannya, yang berukuran dua jari yang lebih diminati para penjual ikan hias. “Mungkin hal ini berkaitan dengan ukuran akuariumnya,” katanya. Karena itu pula, ikankomet berukuran dua jari bernilai jual lebih tinggi daripada yang berukuran sejari, walau para penjual ikan hias juga menerima ikan komet seukuran jari orang dewasa. Sekadar informasi, ikan komet sebesar dua jari dijual dengan harga Rp2.500,-/ekor, sedangkan yang seukuran jari hanya Rp1.000,-/ekor. Harga-harga ini merupakan harga dari petani ikan komet.
Untuk yang sebesar tiga jari orang dewasa biasanya dijadikan indukan. Para petani ikan komet biasanya tidak mau menjual indukan, meski nilai jualnya lebih tinggi lagi yaitu Rp5.000,-/ekor. “Karena, fungsinya untuk reproduksi,” ujar pria yang juga beternak ikan mas, ikan nila, dan ikan baster di empangnya yang seluas hampir 2 ha di Cianjur, Jawa Barat. Berkaitan dengan itu, jika ingin membudidayakan ikan komet setidaknya memiliki indukan sebanyak 300 ekor. Dengan kemampuan mereka bertelur tiga bulan sekali selama dua tahun dan masa panen 20 hari sekali, seorang petani ikan komet tidak akan pernah kehabisan pasokan. Sebab setiap tiga bulan sekali, ia dapat panen ikan komet di empang yang berbeda-beda (keterangan lebih lanjut, silahkan lihat boks).
Hal seperti ini pula yang dilakukan Rosyid. “Saya memasok ikan komet ke Bandung, setiap 15 hari sekali, sebanyak 3.000 ekor atau setara dengan Rp7.500.000,-. Sebenarnya, permintaannya setiap minggu tapi karena pembesarannya belum maksimal, maka saya tidak bisa memenuhi permintaan itu. Di samping itu, saya juga menjual benihnya yang seukuran sejari orang dewasa. Sedangkan untuk yang saya pasok ke Bandung, saya membeli benihnya di Sukabumi,” tambahnya. Pada satu sisi, berbisnis (budidaya) ikan tidak ada ruginya, dengancatatan pasarnya ada. Di sisi lain, ketika segala hal sudah dikaitkan dengan hobi, maka harga tidak lagi menjadi pertimbangan.
Analisa Usaha Budidaya Ikan Komet (tahap pembenihan)
Investasi
Indukan (200 ekor ikan komet jantan dan 100 ekor ikan komet betina)
= 300 ekor ikan komet @ Rp5.000,- Rp. 1.500.000,-
Biaya Produksi
- 10 kakaban (tempat ikan bertelur) @ Rp5.000,- Rp. 50.000,-.
- 1 tenaga kerja Rp. 350.000,-
- Pakan Rp. 50.000,- +
Total Rp.1.950.000,-
Hasil Penjualan (tingkat petani)
10 kakaban = 10 liter benih @ Rp200.000,- Rp. 2.000.000,- -
Laba kotor Rp. 50.000,-
Catatan:
* Laba kotor yang dihasilkan pada panen pertama memang hanya Rp50 ribu. Tapi, indukannya dapat dipakai lagi, sehingga tidak perlu membeli lagi atau menghemat Rp1,5 juta, setiap kali panen.
* Mereka mampu bertelur tiga bulan sekali, selama dua tahun. Jadi, silahkan Anda menghitung berapa rupiah yang dapat dihemat dan berapa laba kotor yang dapat dikumpulkan dari setiap kali panen, hanya dari pembenihan.
* Upah yang diberikan kepada tenaga kerja tersebut merupakan upah maksimal, yang diberikan untuk mengurusi pembiakan ikan komet dari mengawinkan hingga memanen. Besar kecilnya upah yang diterima sang tenaga kerja, sangat tergantung pada banyak sedikitnya hasil panen.
* Risiko kematian 20%.
* Jangan menetaskan telur ikan ketika cuaca sedang dingin atau banyak hujan. Karena, pertumbuhan ikan akan terhambat.
* Ciganjur dan Depok merupakan kota-kota yang paling representatif untuk budidaya ikan, mengingat kondisi alamnya mirip Cianjur.
* 1 kakaban setara dengan1 liter benih ikan komet. Sedangkan harga per liter benih ikan komet bervariasi antara Rp150 ribu sampai Rp200 ribu, tergantung kondisi pasar.
Apa sih istimewanya ikan komet? “Kalau berbicara tentang keistimewaannya susah ya. Karena, ini berkaitan dengan hobi. Yang jelas, sebagai ikan hias tentu saja ia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ikan yang dikonsumsi. Misalnya, dilihat dari buntutnya, ikan komet memiliki buntut yang lebih panjang dan indah daripada ikan pada umumnya. Ikan komet juga memiliki warna yang bagus yaitu perpaduan antara merah keoranyean dengan putih. Selain itu, ikan komet memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik dibandingkan ikan maskoki (ikan komet merupakan strain atau keturunan ikan maskoki, red.). Lebih dari itu semua, harganya relatif murah sehingga diminati konsumen ikan hias,” jelas Rosyid Dahlan, yang mengembangbiakkan ikan komet sejakdua tahun lalu, karena besarnya permintaan akan ikan komet.
Ikan komet, Rosyid melanjutkan, merupakan ikan hias yang berukuran tak lebih dari sejari orang dewasa. Mentok-mentoknya, sebesar empat jari orang dewasa. Dalam pemasarannya, yang berukuran dua jari yang lebih diminati para penjual ikan hias. “Mungkin hal ini berkaitan dengan ukuran akuariumnya,” katanya. Karena itu pula, ikankomet berukuran dua jari bernilai jual lebih tinggi daripada yang berukuran sejari, walau para penjual ikan hias juga menerima ikan komet seukuran jari orang dewasa. Sekadar informasi, ikan komet sebesar dua jari dijual dengan harga Rp2.500,-/ekor, sedangkan yang seukuran jari hanya Rp1.000,-/ekor. Harga-harga ini merupakan harga dari petani ikan komet.
Untuk yang sebesar tiga jari orang dewasa biasanya dijadikan indukan. Para petani ikan komet biasanya tidak mau menjual indukan, meski nilai jualnya lebih tinggi lagi yaitu Rp5.000,-/ekor. “Karena, fungsinya untuk reproduksi,” ujar pria yang juga beternak ikan mas, ikan nila, dan ikan baster di empangnya yang seluas hampir 2 ha di Cianjur, Jawa Barat. Berkaitan dengan itu, jika ingin membudidayakan ikan komet setidaknya memiliki indukan sebanyak 300 ekor. Dengan kemampuan mereka bertelur tiga bulan sekali selama dua tahun dan masa panen 20 hari sekali, seorang petani ikan komet tidak akan pernah kehabisan pasokan. Sebab setiap tiga bulan sekali, ia dapat panen ikan komet di empang yang berbeda-beda (keterangan lebih lanjut, silahkan lihat boks).
Hal seperti ini pula yang dilakukan Rosyid. “Saya memasok ikan komet ke Bandung, setiap 15 hari sekali, sebanyak 3.000 ekor atau setara dengan Rp7.500.000,-. Sebenarnya, permintaannya setiap minggu tapi karena pembesarannya belum maksimal, maka saya tidak bisa memenuhi permintaan itu. Di samping itu, saya juga menjual benihnya yang seukuran sejari orang dewasa. Sedangkan untuk yang saya pasok ke Bandung, saya membeli benihnya di Sukabumi,” tambahnya. Pada satu sisi, berbisnis (budidaya) ikan tidak ada ruginya, dengancatatan pasarnya ada. Di sisi lain, ketika segala hal sudah dikaitkan dengan hobi, maka harga tidak lagi menjadi pertimbangan.
Analisa Usaha Budidaya Ikan Komet (tahap pembenihan)
Investasi
Indukan (200 ekor ikan komet jantan dan 100 ekor ikan komet betina)
= 300 ekor ikan komet @ Rp5.000,- Rp. 1.500.000,-
Biaya Produksi
- 10 kakaban (tempat ikan bertelur) @ Rp5.000,- Rp. 50.000,-.
- 1 tenaga kerja Rp. 350.000,-
- Pakan Rp. 50.000,- +
Total Rp.1.950.000,-
Hasil Penjualan (tingkat petani)
10 kakaban = 10 liter benih @ Rp200.000,- Rp. 2.000.000,- -
Laba kotor Rp. 50.000,-
Catatan:
* Laba kotor yang dihasilkan pada panen pertama memang hanya Rp50 ribu. Tapi, indukannya dapat dipakai lagi, sehingga tidak perlu membeli lagi atau menghemat Rp1,5 juta, setiap kali panen.
* Mereka mampu bertelur tiga bulan sekali, selama dua tahun. Jadi, silahkan Anda menghitung berapa rupiah yang dapat dihemat dan berapa laba kotor yang dapat dikumpulkan dari setiap kali panen, hanya dari pembenihan.
* Upah yang diberikan kepada tenaga kerja tersebut merupakan upah maksimal, yang diberikan untuk mengurusi pembiakan ikan komet dari mengawinkan hingga memanen. Besar kecilnya upah yang diterima sang tenaga kerja, sangat tergantung pada banyak sedikitnya hasil panen.
* Risiko kematian 20%.
* Jangan menetaskan telur ikan ketika cuaca sedang dingin atau banyak hujan. Karena, pertumbuhan ikan akan terhambat.
* Ciganjur dan Depok merupakan kota-kota yang paling representatif untuk budidaya ikan, mengingat kondisi alamnya mirip Cianjur.
* 1 kakaban setara dengan1 liter benih ikan komet. Sedangkan harga per liter benih ikan komet bervariasi antara Rp150 ribu sampai Rp200 ribu, tergantung kondisi pasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar