Adalah Firman Wahyudi (31 tahun,) warga Desa Seletreng, Kecamatan Kapongan Situbondo, yang kini tersenyum karena budidaya lele Afrika yang ia kembangkan sejak sepuluh bulan silam berbuah manis.
Semula firman ragu untuk membudidayakan lele Afrika yang induknya ia dapatkan dari membeli di bali lantaran geografis Indonesia yang kurang mendukung. Namun firman terus mencoba coba.
Induk lele betina dan jantan mulai kawin secara alami. Menginjak dua bulan. Mulailah lele beranak pinak hingga ribuan ekor. Lele kecil diberi nutrisi cair sebagai makanan. Setelah menginjak usia tiga bulan barulah lele diberi concentrate sebagai konsumsi makanannya. Saat usia lele mencapai empat bulan. Barulah siap untuk di pasarkan. Dan hasilnya cukup menggembirakan lele Afrika yang di kembangkan ternyata gemuk dan tumbuh baik.
Menurut firman, pembudidaya lele Afrika, membudidayakan lele Afrika cukup mudah. Yakni hanya memberi air dengan suhu agak panas dengan makanan sehari dua kali pagi dan sore.
Secara phisik tubuh lele Afrika sama dengan lele local. Namun warna lele Afrika lebih hitam kelam jika sudah menjadi indukan. Dan lele Afrika tidak menyengat seperti halnya lele lokal.
Firman mengaku. Selain di jual untuk konsumsi warga situbondo. Lele Afrikanya juga di jual ke bali. Satu kilogran lele Afrika. Firman dapat menjual dengan harga lima belas ribu rupiah. Dalam sebulan firman mampu menjual hingga tiga kwintal.
Lele Afrika menurut para pembeli rasanya lebih gurih dan lembek ketimbang lele lokal, sehingga sangat cocok untuk hidangan rumahan maupun restoran. Apalagi saat lele di baker, rasanya sangat lezat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar