Dia adalah Seorang dai agung, ulama kalam, Abu Al Futuh Muhammad bin Al Fadhl Al Isfirayini yang dikenal dengan sebutan Ibnu Al Mu’tamid.
Dia adalah dai senior, fasih, kata-katanya enak didengar, alim, banyak hafalannya, sufi dan penulis hebat.
Dia lahir pada tahun 404 H.
Ibnu An-Najjar berkata, “Dia adalah dai terkenal pada masanya. Dia menguasai madzhab Imam Asy’ari. Dia juga menguasai tasawuf. Dia menulis banyak kitab tentang hakekat. Setiap kitabnya ada banyak cerita lucu dan isyarat-isyarat. Dia sangat diterima di Baghdad. Dia berbicara menurut madzhab Imam Asy’ari. Oleh karenanya ulama berang dan Al Mustarsyid memerintahkan untuk mengusirnya. Ketika Al Muqtafi berkuasa, Ibnu Al Mu’tamid kembali ke Baghdad. Ketika dia kembali, gejolak itu terjadi lagi. Mereka mengusirnya ke kampungnya.”
Ibnu Asakir berkata, “Hati dan lisannya lebih berani dari pendapatnya. Dia orang yang banyak bertutur kata, mempunyai respon yang tanggap, dan lembut gaya bicaranya. Di samping mempunyai akidah yang benar, dia mempunyai sifat terpuji, memberi arahan kepada manusia dan mengabdikan dirinya untuk membela kebenaran.” Ibnu Asakir berkata, “Dia meninggal sebagai syahid karena sakit perut. Aku selalu mengikuti majlisnya. Aku belum pernah melihat dai sepertinya.”
AS-Sam’ani berkata, “Dia diusir dari Baghdad dan meninggal di Bistham pada tahun 538 H. Dia dimakamkan di samping makam Abu Yazib Al Bisthami.”
Ibnu Al Jauzi berkata di dalam kitab Al Muntazhim, “Sultan Mahmud datang ke Baghdad bersama Al Hasan bin Abu Bakar An-Naisaburi Al Hanafi, salah seorang pendebat. Sultan Mas’ud duduk di masjid Al Qashr. Dia melaknat madzhab Asy’ariyah dengan terang-terangan. Dia berkata, ‘Jadilah pengikut Imam Syafi’i, tapi jangan menjadi pengikut Imam Asy’ari. Jadilah pengikut Imam Hanbali, tapi jangan menjadi pengikut paham musyabbihah’.” Di pintu madrasah An-Nizhamiyyah terdapat tulisan Imam Al Asy’ari. Sultan memerintahkan untuk menghapusnya dan menggantinya dengan Imam Syafi’i. Pada suatu saat Al Isfirayini menyebut kebaikan madzhab Al Asy’ari ketika dia mengajar di majlisnya. DI situ terjadi pertentangan hingga Al Ghaznawi pergi dari majlis. Dia memberitahu Sultan tentang hal itu. Dia berkata, “Sesungguhnya Abu Al Futuh adalah ahli fitnah.” Al Isfirayini dirajam berkali-kali. Pendapat yang benar adalah dia diusir.
Aku berpendapat, “Hendaknya bagi setiap muslim berlindung dari fitnah. Hendaknya dia tidak menyimpang dengan menyebut madzhab-madzhab yang aneh baik di ushul maupun furu’. Aku tidak melihat kebaikan pada tindakan itu, tapi justru menimbulkan permusuhan antara orang-orang shalih dan ahli ibadah dari kedua belah pihak. Berpeganglah pada sunnah. Diamlah. Jangan membahas apa yang tidak kamu ketahui. Setiap sesuatu yang membuatmu bingung kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu berhentilah. Katakanlah: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”-------------------
siyar alam an-nubala
pustakaazzam.com
source : cara-global.blogspot.com
repost by : tersedunia.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar