Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, suatu hari dua orang teman tersebut masuk ke dalam perbedaan pendapat yang bodoh.
Si Macan berkata, “Setiap orang tahu kalau rasa dingin datang ketika bulan susut dari purnama ke bulan mati.”
Si Singa berkata, “Dari mana kau mendengar omong kosong tersebut?” “Setiap orang tahu kalau rasa dingin datang ketika bulan bertambah besar dari bulan mati ke purnama!”
Percecokan itu menjadi kuat dan kuat. Tidak ada satu pun yang dapat menyakinkan yang lainnya. Mereka tidak dapat menghasilkan kesimpulan apa pun untuk menyelesaikan perdebatan yang semakin membesar itu. Mereka bahkan mulai memanggil nama masing-masing satu sama lainnya! Khawatir akan persahabatannya, mereka memutuskan untuk pergi dan bertanya kepada bhikkhu hutan terpelajar yang pasti akan tahu tentang hal semacam itu.
Singa dan macan Mengunjungi si petapa yang penuh ketenangan, mereka menunduk memberi hormat dan menanyakan pertanyaan mereka kepadanya. Si Bhikkhu yang bersahabat tersebut berpikir sejenak dan kemudian memberikan jawabannya, “Bisa saja dingin pada bentuk bulan apa pun, dan bulan mati ke bulan purnama dan kembali ke bulan mati lagi. Anginlah yang membawa rasa dingin, apakah itu dari barat, utara ataupun timur. Untuk itu, sedikit banyak kalian berdua benar! Dan tidak ada satu pun dari kalian yang dikalahkan oleh yang lainnya. Hal yang paling penting adalah hidup tanpa perselisihan, untuk tetap bersatu. Kebersamaan tentu saja adalah yang terbaik.”
Singa dan Macan berterima kasih kepada petapa yang bijaksana. Mereka bahagia masih menjadi teman.
Pesan moral : Cuaca datang dan pergi (berubah-ubah), namun persahabatan harus tetap terjalin.source : kisahmotivasihidup.blogspot.com
repost by : tersedunia.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar