"Simulasi pemungutan suara yang dilakukan LSI selama sepekan, pada 2 hingga 7 September, menunjukkan hasil selisih suara kedua calon tidak signifikan," kata Direktur Eksekutif LSI Kuskridho Ambardi di Jakarta, Ahad (16/9). Dalam survei dilakukan dua kali simulasi yang menyodorkan nama cagub saja dan kemudian nama pasangan cagub beserta cawagub.
Pada simulasi pemilihan langsung gubernur DKI Jakarta, nama petahana Fauzi Bowo (Foke) unggul tipis dengan perolehan 45,3 persen, sementara cagub yang juga Walikota Solo Joko Widodo (Jokowi) meraih suara 44,8 persen. Namun, saat simulasi pemilihan langsung gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli justru tertinggal dari pasangan Jokowi-Basuki Purnama (Ahok).
Jumlah perolehan suara Foke-Nara sebesar 44,7 persen, Jokowi-Ahok meraih 45,6 persen, sementara pemilih yang tidak menjawab sebesar 9,7 persen. Namun hasil survei bukan merupakan perkiraan perolehan suara pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, yang akan digelar pada 20 September.
"Dengan fakta seperti itu, kami (LSI) tidak tahu siapa yang unggul saat survei dilakukan, apalagi pada hari-H nanti," kata Kuskridho.
LSI berkesimpulan daya saing Jokowi atas Foke ditentukan terutama oleh penilaian kritis warga kelas menengah terhadap petahana, selain juga karena polarisasi etnik di Ibu Kota. Hal tersebut adalah gambaran protes dari warga kelas menengah Jakarta terhadap kondisi di kota metropolitan dan kemudian terhadap petahana Fauzi Bowo.(Ant/ICH)
www.tersedunia.blogspot.com

Tidak ada komentar:
Posting Komentar