Dia dijuluki sebagai Al Mustanshir Billah Al Andalusi. Dia berasal dari keluarga istana, terhormat dan kaya raya kerajaan. Dia menguasai sebagian wilayah Andalusia. Dia meminta bantuan bangsa eropa untuk mendirikan negara sendiri.
Alyasa’ bin Hazm berkata, “Perdamaian tercipta antara Al Mustanshir bin Hud dengan Sulaitin, penguasa Romawi putra dari putri Alfonso, selama dua puluh tahun denga syarat Al Mustanshir memberikan wilayah Ruthah kepada bangsa Eropa dan mereka memberikan beberapa benteng sebagai gantinya dan mengirimkan lima puluh ribu orang Romawi untuknya. Ahmad bin Abdul Malik keluar dengan pasukan ke negeri umat Islam, kemudian Allah menghendaki dia hancur. Beberapa sumber dari ulama salaf menceritakan tentang rusaknya Andalusia di tangan Bani Hud dan kemakmurannya di tangan mereka setelah beberapa masa. Sulaitin dan Ibnu Hud keluar dengan empat puluh ribu pasukan berkuda menghadapai Tasyifin. Ibnu Hud menuju arah Sevilla. Dia memberikan perlengkapan kepada tentara Sulaitin selama delapan bulan dengan syarat mereka tidak menawan siapapun. Al Mustanshir menceritakan kepadaku –dia menyesali perbuatannya-, “Harta yang telah aku keluarkan untuk makan tentara sebanyak tiga juta dinar. Yang telah aku bayarkan kepada mereka dari kekayaan Ruthah sebanyak empat puluh ribu baju perang dan helmnya. Beberpa sumber menyebutkan bahwa Al Mustanshir telah serahkan tenda besar yang diangku dengan empat puluh keledai kepada Sulaitin. Muhammad bin Malik Asy-Sya’ir menceritakan kepadaku bahwa Al Mustanshir melihat tenda itu dan berkata, “Tidak ada yang lebih besar dari itu.” Setelah lama menduduki Ruthah, Ibnu Hud kembali bersama sekitar dua ratus pasukan berkuda. Ibnu Hud singgah di Thulailah menuju ke benteng yang telah dia tebus. Kemudian Cordoba digoyang. Amirul Muslimin disibukkan dengan serangan kelompok Tumartiyyah.82 Al Mustanshir Billah Ahmad bertolak dari kota Gharlitsh menuju Cordoba. Dia mempunyai reputasi baik di hadapan orang banyak. Ibnu Hamdin penguasa Cordoba bersama pasukan menghadapi Al Mustanshir. Pasukan cordoba menghadap Ibnu Hud menyatakan kesetiaan. Kemudian Ibnu Hamdin melarikan diri ke Bulaidah. Ibnu Hud memasuki Cordoba tanpa perlawanan. Dia mengangkat Abu Sa’id yang dikenal dengan sebutan Farju Ad-dalil sebagai wazir. Dia menulis surat kepada para tokoh negeri itu dan mereka menyambut bahagia karena Ibnu Hud dari keluarga kerajaan. Farju Ad-dalil keluar menuju benteng Al Mudawwar. Dikatakan kepada Ibnu Hud bahwa Farju Ad-Dalil telah berkhianat. Ibnu Hud keluar menuju tempat Farju Ad-Dalil dan memintanya turun dari benteng. Farju Ad-Dalil turun tanpa menampakkan pengkhianatan. Dia adalah seorang yang shalih. Tapi Ibnu Hud membunuhnya. Kejadian itu menjadi berita negatif bagi penduduk cordoba. Jiwa mereka tergerak. Mereka tidak terima atas pembunuhan salah seorang singa Allah. Mereka berjalan menuju istana dan Ibnu Hud pun lari dari Cordoba. Ibnu Hamdin datang ke Cordoba. Penduduk Cordoba menerimanya. Banyak terjadi pertempuran dan musibah di Andalusia. Sedangkan Abu Muhammad bin Iyadh berada di kerajaan Laridah. Dia bertolak bersama lima ratus pasukan berkuda berusaha memperbaiki kaadaan. Penduduk Mursiyah dan Valencia menginginkan dia menjadi raja mereka, namun dia menolaknya. Kemudian dia membai’at penduduk Valencia untuk taat kepada Khalifah Abdullah Al Abbasi. Kemudian Ibnu Iyadh dan Ibnu Hud sepakat bahwa julukan Khalifah itu bagi Amirul Mukminin Al Abbasi. Kendali militer dan harta berada di tangan Ibnu Iyadh, sedangkan kekuasaan berada di tangan Ibnu Hud.
-------------------------
siyar alam an-nubala
pustakaazzam.com
source : cara-global.blogspot.com
repost by : tersedunia.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar