Berang-berang merupakan anggota dari bangsa Carnivora dan suku Mustelidae yang tergabung ke dalam anaksuku Lutrinae. Berang-berang dibedakan dari anggota suku Mustelidae lainnya dari telapak kaki yang memiliki selaput renang serta tubuh ditutupi rambut rapat yang tidak mudah basah sehingga memudahkannya dalam berenang mencari mangsa. Hewan ini menempati berbagai habitat lahan basah seperti sungai, danau, rawa, sawah, pesisir serta di laut lepas. Di seluruh dunia berang-berang memiliki 13 jenis dengan penyebaran hampir tersebar di seluruh dunia kecuali pada daerah Australia. Dari ke 13 jenis yang ada di seluruh dunia, Indonesia memiliki empat jenis berang-berang yaitu Lutrogale perspicillata, Lutra lutra, Lutra sumatrana dan Aonyx cinereus.
Dua dari empat jenis tersebut, L. lutra dan L. sumatrana termasuk ke dalam hewan yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah no 7 tahun 1999. Dalam pengaturan perdagangan satwa, CITES telah memasukkan jenis berang-berang di Indonesia ini ke dalam daftar Appendixnya. L. lutra termasuk Appendix I, sedangkan tiga jenis lainnya termasuk Appendix II.
Jenis berang-berang di Indonesia:
1. Lutrogale perspicillata (Geofroy Saint-Hilaire, 1826) – Berang-berang bulu licin
Jenis ini merupakan berang-berang dengan ukuran tubuh paling besar untuk jenis berang-berang yang ada di Indonesia dengan panjang total mencapai 1,2m dan berat 11 Kg. Berang-berang ini hidup berkelompok dalam satu keluarga terdiri dari seekor jantan, seekor betina dan beberapa ekor anaknya. Makanan utamanya adalah ikan, mereka juga memakan udang, kepiting, serangga, katak, burung dan tikus.
2. Lutra lutra (Linnaeus, 1758) – Berang-berang Utara
Berukuran sekitar 1 m dengan berat 7 kg. Memiliki selaput dan cakar yang berkembang baik. Jenis ini tersebar dari Eropa sampai Asia. Jenis ini menempati berbagai habitat lahan basah yaitu habitat air tawar, payau dan air laut, sungai dataran rendah dan tinggi, danau, rawa, persawahan dan pesisir pantai. Umumnya memakan ikan khususnya yang bergerak lambat, tetapi juga memakan burung air, udang dan katak. Hewan ini hidup soliter.
3. Lutra sumatrana (Gray, 1865) – Berang-berang hidung berbulu
Berang-berang ini memiliki bentuk yang mirip dengan Lutra lutra tetapi dengan ciri khas pembedanya yaitu rhinarium (bantalan hidung) yang ditumbuhi rambut, sedangkan Lutra lutra tidak ditumbuhi rambut. Jenis ini merupakan berang-berang yang paling langka dan dicari. Setelah spesimen tipenya yang dideskripsikan oleh Gray pada tahun 1865, di Sumatera hanya pernah ditemukan kembali pada tahun 2005 dengan menemukan bangkai terlindas mobil di pinggir jalan dekat sungai Musi. Sebelum dan sesudahnya tidak pernah didapatkan informasi yang akurat tentang keberadaannya di Sumatera. Namun, penelitian tentang jenis ini lebih berkembang di negara lain seperti di Kamboja, Thailand dan Vietnam. Jadi, informasi tentang ekologi hewan ini masih sangat sedikit.
4. Aonyx cinereus (Illiger, 1815) – Berang-berang cakar kecil
Hewan ini merupakan berang-berang terkecil di dunia. Dengan panjang kira-kira ukuran 65 sampai 70 cm dan berat sekitar 5 kg, berang-berang ini termasuk jenis yang paling sosial. Mereka hidup berkelompok dengan jumlah anggota dapat mencapai lebih dari 20 individu dalam satu kelompok. Jenis ini lebih toleran terhadap aktifitas manusia, bisa hidup dengan mencari makan keong mas dan ikan-ikan kecil di sawah. Berang-berang ini menyukai kepiting, ikan dan keong mas.
Peranan ekologis berang-berang
Berang-berang merupakan top carnivore, dan bisa juga disebut sebagai harimaunya lahan basah. Hewan ini berada di puncak dari piramida makanan, sehingga keberadaan hewan ini merupakan sebagai indikator lingkungan/habitat yang masih baik. Berang-berang sering dianggap sebagai hama oleh petani ikan, padahal hewan ini memiliki fungsi ekologis yang sangat besar. Dengan fungsinya menjaga keseimbangan ekosistem, hewan ini bermanfaat dalam mengontrol hama kepiting dan keong mas di sawah. Keberadaan hewan ini juga menjaga agar populasi ikan tetap sehat karena berang-berang akan memakan ikan lemah dan sakit yang mudah tertangkap. Oleh karena itu gunakan kearifan lokal yang telah ada pada masyarakat sehingga budidaya ikan tidak terganggu, namun tidak membahayakan bagi berang-berang.
Ancaman kepunahan berang-berang
Sekarang ini berbagai ancaman telah semakin banyak yang diterima oleh berang-berang. Ancaman-ancaman tersebut yaitu:
1) Perusakan habitat
Lahan basah sebagai habitat berang-berang sekarang ini terancam oleh perubahan penggunaan lahan seperti pembukaan perkebunan sawit besar-besaran di daerah rawa, pembangunan pemukiman serta pembangunan waduk dan saluran irigasi yang dibeton sehingga tidak menyediakan tempat bagi berang-berang untuk bersarang. Pertambangan pasir dan emas juga telah merusak ekosistem sungai.
2) Berkurangnya sumber makanan
Polusi dan sampah pada badan-badan perairan telah membuat pengurangan ikan dan hewan mangsa lainnya. Pemanenan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti sentrum dan racun juga sangat memberikan andil dalam berkurangnya jumlah ikan.
3) Perburuan
Karena dianggap hama oleh petani ikan, berang-berang sering kali diburu dan dibunuh. Setiap perjumpaan dengan manusia, maka bisa berdampak kematian bagi berang-berang ini. Berbagai macam bentuk perburuan dilakukan oleh manusia seperti menggunakan anjing buru, ditembak dengan senapan, dijerat dengan berbagai macam tipe jeratan, diasapi lubang sarangnya dan berbagai cara lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar