Untuk menentukan pengertian dari image building atau dalam bahasa Indonesia di sebut sebagai pembentukan citra kita terlebih dahulu menguraikan definisi dari citra (image) itu sendiri.
Citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Pembentukan persepsi manusia menurut K. Sereno & Edward M Bodaken yang dikutip dari buku “Ilmu Komunikasi suatu pengantar”, Deddy Mulyana, terdiri dari tiga aktivitas yaitu seleksi, organisasi & intepretasi. Seleksi yang dimaksudkan adalah sensasi dan atensi terhadap stimulus (fisik & psikologis) yang ditangkap oleh indra manusia, kemudian diorganisasikan atau digabungkan dengan stimulus pengetahuan serta pengalaman masa lalu. Penggabungan itu lalu diintepretasikan maknanya.
Menurut Frank Jefkin, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamanya. Selanjutnya dalam ilmu Psikologi Komunikasi citra diartikan sebagai penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi.
Dari definisi-definisi tersebut diatas maka citra itu pada intinya bisa disimpulkan:
Kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan
Citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu.
Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia
Citra adalah pencapaian tujuan dari kegiatan PR, Citra sesuatu yang abstrak tidak dapat diukur dalam ukuran nominal, tapi dapat dirasakan, dan bisa diciptakan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka PR sebagai devisi yang menjalankan fungsi managemen yang salah satu tugasnya adalah membentuk image/citra baik oleh khalayak eksternal maupun khalayak internal maka disini peranan PR sangat penting. Citra yang ada dalam perusahaan / lembaga / organisasi tidaklah sama maka selanjutnya bawah ini disebutkan beberapa jenis image atau citra yang bisa timbul atau tercipta dalam suatu organisasi menurut Frank Jefkins (1996:17-20), yaitu:
1.Citra Bayangan
Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang-orang dalam (biasanya pimpinan) mengenai pandangan orang luar terhadap organisasi/perusahaannya. Citra ini cenderung positif dan bersifat fantasi. Namun karena ketiadaan informasi yang lengkap, maka citra yang diperoleh itu belum tentu tepat.
2.Citra yang berlaku
Citra yang berlaku adalah citra yang melekat pada orang lain terhadap organisasi/perusahaan. Citra ini sering tidak sesuai kenyataan, karena semata terbentuk karena pengalaman atau pengetahuan orang lain yang beleum tentu memadai. Citra ini cenderung negatif.
3.Citra yang diharapkan
Adalah citra yang diinginkan oleh manajemen namun tidak selalu sama dengan citra sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan adalah lebih baik dari citra sebenarnya.
4.Citra perusahaan
Citra perusahaan juga sering disebut sebagai citra lembaga yaitu citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya.
5.Citra majemuk
Citra majemuk adalah citra yang dibentuk oleh masing-masing orang di dalam suatu perusahaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya dan juga tidak sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.
Selanjutnya frank jefkin juga menjelaskan secara singkat citra itu bisa dikatagorikan atas:
The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaanya.
The Current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal.
The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manageman menginginkan pencapaian prestasi tertentu.
The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan yang dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.
Dari pembagian jenis citra itu maka bisa kita simpulkan bahwa citra itu dapat muncul atau diduga oleh manageman itu sendiri, dibuat oleh masyarakat, diinginkan oleh organisasi dan citra yang berlapis atau berbeda-beda.
2.PROSES PEMBENTUKAN CITRA
Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengetiannya yentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon dalam Rakhmat menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi kognitif-pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori dan sikap atau aksi sosial yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pemebntukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.
Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen, seperti yang dikutif Danasaputra sebagai berikut: “Publik relation digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi kognisi-motivasi-sikap.
Berdasarkan pemahaman mengenai pembentukan persepsi atau pencitraan, maka seringkali pembentukan citra lebih bersifat subyektif dan tidak sesuai dengan realitas yang ada. Oleh karena itu, banyak organisasi kemudian tidak cukup menjalankan program komunikasinya untuk pembentukan citra, melainkan lebih kepada pembentukan reputasi organisasi. Reputasi yang berasal dari kata bahasa Inggris Reputation memiliki arti nama baik. Tujuan program komunikasi PR pada akhirnya tidak hanya membangun atau menciptakan image/citra positif namun juga membangun kepercayaan terhadap public sehingga mereka percaya dengan apa yang dilakukan organisasi adalah yang terbaik dan mengharumkan namanya. Reputasi pada akhirnya dibentuk dari pembuktian yang kuat mengenai apa yang dilakukan organisasi adalah memberikan yang terbaik bagi public sasarannya.
3.CONTOH KASUS
Pada beberapa bulan yang lalu di area publik, telah ditumbuhi aneka bendera partai yang cara pemasangannya serampangan, yang penting berkibar tanpa menghiraukan estetika.
Hal ini masih diramaikan dengan berbagai spanduk dan baliho yang berisi ajakan dan tawaran untuk bergabung dan memilih, dengan kata lain proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (partai/calon) kepada orang lain (calon pemilih), yang berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya untuk dipahami oleh orang lain sehingga gagasannya dimengerti dan menimbulkan tindakan-tindakan dari orang lain seperti yang diharapkan sehingga timbul saling pengertian dan kesepahaman dalam memaknai pesan untuk kemudian dapat dikerjakan secara bersama-sama (memilih dan mendukung partai/calon tertentu).
Iklan dadakan yang cenderung membohongi khalayak ramai karena pesan yang disampaikan masih perlu pembuktian ini semakin banyak kita jumpai. Pepohonan pelindung di tepi jalan pun dimanfaatkan untuk menempelkan aneka poster bergambar wajah yang sedang dijajakan. Jargon-jargon bombatis itu sifatnya normative sekali, intinya sama, yaitu meningkatkan layanan pendidikan,kesehatan dan menguragi pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja. hanya beda redaksionalnya yang ditambahi aneka bumbu penyedap sesuai visi misi partai. Televisi pun tak luput dari iklan partai yang mencoba mengkomunikasikan programnya dengan kemasan yang atraktif. Selain media yang disebukan diatas, stiker pun menjadi sarana beriklan. Bisa dilihat di kaca angkot, bus kota, tiang listrik, tembok, halte, telpon umum dan fasilitas umum lainnya tak luput dari tempelan stiker. Sampai-sampai becak dan angkringan pun merelakan diri ditempeli aneka stiker. Mulai gambar mbah Marijan mengiklankan minuman suplemen sampai wajah-wajah para cabup, cagub, caleg pun capres yang menebar senyum penuh janji.
Semua itu adalah simbol yang ingin disampaikan kepada khalayak ramai dalam rangka membangun citra untuk memperoleh minimal 25% suara agar ‘selamat’ dalam pemilu 2009 sehingga bisa turut serta membuat kebijakan kenegaraan.
www.jendelahewan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar